*Inkonsistensi |
Kalau saya pikir-pikir sekarang, seandainya saya tetap bertahan pada satu hal seperti tetap bertahan menjadi penulis artikel dan melanjutkan jadi penulis buku, atau menjadi pakar dalam pengembangan diri, atau fokus menjadi programmer handal, mungkin saya sudah berhasil sekarang. Sudah mencapai apa yang menjadi mimpi saya saat ini. Sayangnya, saya tidak konsisten.
Inkonsistensi mempengaruhi kecepatan kerja saya. Ditambah dengan kelemahan saya sebagai orang yang berjiwa melankolis sempurna, saya butuh waktu lama untuk menyempurnakan satu hal yang saya ingin capai, maka inkonsistensi ini menjadi berlipat-lipat dengan tingkat faktorial yang besar. Inkonsistensi membunuh mimpi saya.
Tetapi tidaklah berguna menyesali apa yang sudah saya lewati. Waktu telah berlalu, umur semakin bertambah tua. Yang perlu saya lakukan adalah menghilangkan konsistensi dan fokus pada satu cara yang tepat bagi diri saya. Menyesal bukan pilihan bagi saya saat ini. Bergerak dan bertindak adalah pilihan yang terbaik.
Dan sepertinya saya harus melakukan penilaian ulang terhadap kinerja diri. Lalu kemudian menghancurkan pola-pola yang tidak perlu yang mungkin ke depannya akan memunculkan inkonsistensi yang lama. Saya perlu memaksa diri dengan pola yang teratur.
* sumber gambar : http://www.timparsons.me/blog/5-ways-to-know-if-your-team-is-inconsistent/
0 comments:
Silahkan tinggalkan komentar anda: