free counters
Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 06 Oktober 2016

Kita dapat belajar sesuatu dari siapapun, kisah nyata.

by Unknown  |  in Pengembangan Diri at  Kamis, Oktober 06, 2016
"Kamu bisa belajar dari siapa pun, bahkan musuhmu."
― Ovid

Ada peristiwa yang membuka wawasan pemikiran saya. Hal tersebut terjadi beberapa hari yang lalu tepatnya malam tanggal 4 Oktober 2016 sekitar pukul 22:15 WIB.

Menunggu Angkot

Saat itu saya sedang menunggu angkot di sekitar Lubuk Pakam untuk pulang ke medan. Saya menunggu dengan was-was karena biasanya jam 22:00an angkot cukup sulit didapatkan. Di saat menunggu, datang seorang laki-laki yang kisaran umurnya sekitar 35-40 tahun yang juga sama-sama menunggu angkot.

Beberapa waktu berlalu, dan sambil duduk menunggu di bangku yang ada di kios di pinggir jalan di dekat tempat saya menunggu, saya berpikir untuk menyapa orang tersebut. Namun dalam pandangan saya orang tersebut bukan orang yang akan merespon dengan baik jika disapa, saya menilainya dari sikapnya yang tergesa-gesa dan terfokus untuk menunggu datangnya angkot.

Sudah hampir setengah jam berlalu, tidak ada angkot yang lewat, kecuali angkot yang sedang pulang tanpa mencari sewaan. Dalam hati saya kuatir juga, masakan mau nginap di daerah itu padahal uang pun sudah pas-pasan. Saya perhatikan ternyata laki-laki tersebut juga sepertinya kuatir karena angkotnya tidak kunjung datang, namun tidak saya dengar keluh kesahnya sama sekali. Biasanya orang yang kuatir sedikit berisik, yang dilakukan entah sengaja atau karena kebiasaaan, untuk menyeimbangkan rasa kuatirnya. Tetapi hal ini tidak terjadi pada laki-laki tersebut.

Laki-laki tersebut berdiri dengan arah mata menuju ke arah arus datangnya kendaraan. Kekuatiran nampak jelas dari sikap tubuhnya. Tentu sikapnya menambah kekuatiran yang saya rasakan saat itu. Namun untunglah beberapa waktu kemudian sebuah mobil angkutan antar kota dengan model L300. Namun agak ganjil rasanya karena lelaki tersebut tidak mendatangi mobil tersebut untuk menanyakan arah tujuan. Ia malah menunggu saya untuk menanyakan tujuan mobil tersebut. Karena memang ingin bergegas pulang, saya tidak memikirkan terlalu jauh dan menanyakan tujuan mobilnya. Sang supir menjawab bahwa tujuannya Medan. Keganjilan kedua terjadi, lelaki sebelumnya mempersilahkan saya duluan masuk ke mobil padahal dia saat itu yang sudah membuka pintu. Meski ganjil, tetapi merupakan sebuah nilai tata krama ketimuran yang saya kagumi. Ditengah-tengah perubahan nilai moral dari orang-orang kota, lelaki tersebut masih menjunjung tinggi budayanya. Nilai moral yang mulai terkikis dan agak jarang kita temukan dari kebiasaan orang-orang kota di Medan.

Saya sangat tertolong oleh orang tersebut, karena seandainya saja dia tidak berdiri menunggu mungkin saja saya bisa lebih lama lagi menunggu angkutan. Bahkan kemungkinan saya tidak pulang, walaupun kecil kemungkinannya.

Di Dalam Mobil

Setelah berada dalam mobil yang kami naiki tersebut saya mengucap syukur pada Tuhan dalam hati karena akhirnya saya bisa pulang ke medan. Akhirnya saya bisa kembali menuju ke kamar kost-kostan yang tercinta.

Dalam perjalanan menuju medan tersebut saya mencoba memperhatikan keadaan di dalam mobil. Ada 5 orang penumpang termasuk saya dan laki-laki tadi, dengan 1 orang supir. Perhatian saya kemudian tertuju pada laki-laki itu yang duduk tepat di sebelah kiri saya. Saya perhatikan dia sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Ahh, mungkin saja dia merasa senang karena bisa pulang, pikirku. Namun lama-kelamaan kelihatan ada sesuatu yang aneh dari orang tersebut. Ia menunjukkan tingkah yang tidak seperti orang normal umumnya.

Sikapnya kelihatan aneh. Ia menggerakan tangannya seperti sedang menggambarkan sesuatu. Sesekali ia meninju-ninjukan kepalan tangannya ke arah depan. "Wah, bahaya nih", dalam hati saya berguman. "Jangan-jangan orang gila orang nih. Apa yang dipikirkan supir nanti, jangan-jangan supir berpikir dia teman saya. Jangan-jangan supir berpikir karena aku makanya dia naik.", pikirku dalam hati. Prasangka saya pun semakin bertambah kuat ketika melihatnya seolah-olah ingin mengigit dengan keras bungkusan plastik yang saat itu dibawanya. Penumpang yang lain tidak memperhatikan hal-hal tersebut karena saat itu lampu ruangan mobil sengaja dipadamkan seperti yang biasa dilakukan saat sedang dalam perjalanan.

Namun suara hati saya mengingatkan saya untuk tidak terburu-buru membenarkan pemikaran saya tersebut. Saya ikuti kata hati dan lebih memperhatikan dengan saksama laki-laki tersebut. Mungkin saja dia sedang tertekan atau barangkali dia sedang dilanda kesenangan yang besar, karena di saat-saat seperti itu banyak orang mengalami 'kegilaan sementara'. Saya semakin mengamatinya.

Orang Gilakah?

Logika saya mengatakan lelaki tersebut orang gila, namun hati saya tidak bisa mempercayai logika saya saat itu. "Ada sesuatu yang kurang sepertinya", pikirku. Setelah hampir 3/4 perjalanan menuju ke medan, di sekitar daerah Kayu Besar, Tanjung Morawa, akhirnya nyatalah apa yang saya pikirkan sebagai bagian yang hilang dari pengamatan sebelumnya. Laki-laki tersebut memberikan kode kepada supir, dengan suara yang tertahan dengan satu nada yang sama, untuk memberhentikan mobilnya karena dia telah sampai ke tujuannya. Ternyata dia memiliki kekurangan fisik pada suaranya!.

Apa yang logika saya katakan ternyata salah besar. Laki-laki itu bukan orang gila, dia hanya memiliki kekurangan fisik di organ bicaranya. Ohh, betapa berdosanya aku saat itu.

Hal yang terakhir terjadi merupakan sebuah momen yang sangat menyentuh hati saya saat itu. Laki-laki tersebut sebelum menutup pintu mobil memberikan sebuah isyarat tubuh dengan sedikit membungkukan dirinya. Sebuah isyarat untuk rasa terima kasih yang sepertinya ditujukan kepadaku sebab saat itu hanya aku yang berada tepat di depannya. Saya sungguh keterlaluan; dia memberikan saya sebuah penghormatan tetapi saya sebelumnya menganggap dia tidak waras!.

Jangan Menilai Buku Dari Sampulnya

Sekarang semakin saya sadari bahwa kita bisa belajar sesuatu dari orang lain. Siapapun orang itu, mau kaya, miskin, pengangguran, pengusaha sukses, anak-anak, pemuda, orang tua, dan bahkan dari orang yang tidak waras sekalipun. Ada nilai yang bisa kita dapatkan. Ada pembelajaran yang bisa kita petik manfaatnya.

Pemikiranku

Mungkin sebagian pembaca akan berpikir bahwa laki-laki itu memang gila. Saya malah berpikir bahwa apa yang dilakukan laki-laki itu - gerakan tangan yang aneh, gerakan sedang mengigit bungkus plastik - adalah sikap yang wajar. Mengapa demikian? Saya pikir cukup wajar jika seseorang berbicara kepada dirinya, bermonolog dengan dirinya sendiri. Hal ini wajar untuk orang yang memiliki organ bicara yang baik. Untuk orang dengan organ bicara yang rusak bagaimana? Dia berbicara dengan isyarat tangan dan tubuh, maka saya pikir juga wajar jika dia berbicara dengan dirinya sendiri menggunakan gerakan tubuhnya bukan?


"Setiap orang yang engkau jumpai mengetahui sesuatu yang tidak kamu ketahui."
― Bill Nye

Kamis, 18 Agustus 2016

Kaleng susu dan tangan

by Unknown  |  in hidupku at  Kamis, Agustus 18, 2016
No Pain No Gain
Tidak ada hasil tanpa rasa sakit.
Bahkan dalam hal yang kelihatan sepele pun, kata-kata bijak di atas tetap berlaku. Buktinya, malam ini saya mencoba untuk membuka kaleng susu dengan model penutup seperti minuman kaleng dengan sebuah rasa sakit.

Awalnya hanya ingin merasakan susu coklat hangat yang sudah saya nanti-nantikan sejak mulai pagi. Karena kondisi hujan mulai pagi sampai siang dan kemudian hujan lagi di malam hari, minum susu coklat hangat itu seperti menikmati indahnya dunia... (Lebay mode on).

Jadi sudah dari pagi mau buat susu coklat hangat. Tapi tak kesampaian karena ternyata toko tempat saya berlangganan tidak buka. Dan karena ternyata hasrat saya tersebut tidak juga pudar, maka saya akhirnya membeli susu kaleng di supermarket indoMarket (Censored).

Saat hendak membuka penutupnya dengan sedikit tarikan, ternyata tenaga yang saya pakai terlalu kuat. Penutup kaleng yang terbuat dari logam tersebut jadi melukai tangan saya sendiri. Foto di bawah ini adalah tangan saya sebagai korban.



Dan ini foto dari pelakunya:



Pesan moral yang bisa didapatkan dari peristiwa ini:
  1. Berhati-hatilah dalam perkara yang kecil.
  2. Jangan terlalu terbawa nafsu, santailah.
  3. Dibutuhkan pengorbanan dalam mendapatkan sesuatu.


Senin, 15 Agustus 2016

Pak Supir, Karyawan, dan Pengusaha

by Unknown  |  in Motivasi at  Senin, Agustus 15, 2016
Ada kata-kata bijak yang mengatakan:
 "Kita dapat belajar dari siapapun, siapa pun dapat menjadi guru kita"
dan kata-kata ini tepat adanya.

Pengalaman saya kemarin malam mengajarkan betapa tepatnya kata-kata tersebut.

Saat itu saya sedang dalam perjalanan pulang ke kost di daerah sekitar padang bulan menggunakan angkot pada kisaran pukul 21:30. Dan saat itu penumpang hanya berjumlah 3 orang. Setelah hampir setengah perjalanan, tinggalah saya sendiri dan pak sopirnya. Dan terjadilah sebuah percakapan:

Pak Supir: Mau kemana bang?
Saya: Simpang pos Pak. (Pembaca yang tinggal di medan kemungkinan besar tahu dimana simpang pos)
Pak Supir: Abang yang kemarin naik yah?
Saya: Gak Pak, gak ada naik angkot kemarin Pak.
Pak Supir: Ohh, ada yang mirip sama abang kemarin.
Saya: (Dalam hati berpikir: Kayaknya awak gak ada naik angkot kemarin lah. Jadi saya berpikir, ternyata laku keras wajah awak di medan ini -- red. awak = saya, bahasa pasarnya medan.)
Pak Supir: Dari mana tadi bang?
Saya: Ngantar pacar Pak. (Inilah uniknya orang medan, yang ditanya dari mana tapi yang dijawab apa yang dilakukan)
Pak Supir: Setia juga yah. (Nah ini lebih hebat lagi. Walaupun dijawab lain dari pertanyaan, tapi tetap bisa dimengerti lawan bicaranya. Orang medan memang mantap)
Saya: Namanya juga pacaran Pak. (Dalam hati berkata: Awak memang setia, bawaan lahir)

...

Saya: Gak ada penumpang yah Pak.
Pak Supir: Iya, tadi aku tolak penumpang di lubuk pakam (Kalau saya artikan ini, saat itu penumpangnya penuh makanya gak diangkut)
Saya: Ohh..
Pak Supir: Nanti bulan 9 baru banyak penumpang.
Saya: ???. Kenapa bulan 9 Pak?
Pak Supir: Disitu mahasiswa masuk, jadi banyak penumpang.
Saya: Ohhhh...
Saya: Biasanya gak ramai hari minggu malam gini Pak?. Kan pulang dari kampung semua.
Pak Supir: Enggak bang, seperti hari biasa penumpangnya.
Saya: Ohh..
Pak Supir: Marga apa bang?
Saya: Sipayung Pak, simalungun.
Pak Supir: Ohh, Sipayung simalungun yah?
Saya: Ada yang simalungun ada yang toba Pak.
Pak Supir: Sama kayak Purba yah, ada simalungun ada juga toba.
Saya: Ada juga Purba Karo Pak.
Pak Supir: (Berbicara, tapi tidak jelas saya dengar karena berisiknya jalanan)
Saya: Bapak orang apa Pak?
Pak Supir: Aku orang jawa, tapi lahir di siantar.
Saya: Ohh..

... (pembicaraan diam beberapa detik)

Pak Supir: Dimana kampung bang?
Saya: Di Langkat, besitang Pak.
Pak Supir: Di medan tinggal di rumah atau kost?
Saya: Kost Pak.
Pak Supir: (Mengiyakan sambil fokus cari penumpang)

...

Pak Supir: Kuliah atau kerja bang?
Saya: Kerja Pak.
Pak Supir: Di mana?
Saya: Center Point Pak.
Pak Supir: Udah lama kerja di situ?
Saya: Baru beberapa bulan sih Pak.
Pak Supir: Berapa gajinya?
Saya: censored (tabu bicara gaji, hahahaha)

...

Saya: Masih jauh perjalanan Bapak yah. Ke pancur batu lagi yah.
Pak Supir: Iya, nanti sampai langsung cuci mobil lalu pulang bang.
Saya: Ohh.. (Mengangguk dan mengiyakan dalam hati)
Saya: Ini mobil Bapak sendiri?
Pak Supir: Iya.
Saya: Enak lah Pak yah, gak perlu lagi bayar setoran.
Pak Supir: Iya bang, kalau pagi sampai sore orang yang bawa. Maghrib saya yang mulai bawa.
Saya: Enaklah Bapak, sudah menerima uang setoran gak menyetor lagi.
Pak Supir: Yah gitu bang. Tapi sampai rumah gak enak juga bang.
Saya: (Bertanya dalam hati, apa yang gak enaknya)
Pak Supir: Sampai rumah gak bisa tidur cepat, paling cepat tidur jam tiga pagi. Menggambar.
Saya: Gambar apa Pak?
Pak Supir: Menggambar untuk proyek bangunan dari kantor.
Saya: Wahhh, hebat Bapak ini yah.
Pak Supir: Kalau hebat masih banyak yang lebih hebat di luar sana bang.
Saya: Setidaknya Bapak lebih hebat daripada saya yang masih menerima gaji dari orang. Bapak udah bisa menggaji orang.
...
...
Akhirnya saya sampai di tujuan, dan terpaksa menghentikan obrolan kami.

Kita lebih sering menutup mata dan berhenti untuk belajar berdekatan dengan orang lain hanya dikarenakan perbedaan pekerjaan. Dan karena itu kita menjadi buta akan kualitas yang dimiliki orang lain hanya karena pekerjaan kita kelihatan lebih berkelas daripada pekerjaan orang lain.

Setiap orang punya sisi positif yang dapat memberikan nilai tambah dalam kehidupan kita. Bahkan dari sisi negatifnya kita pun bisa belajar bahwa setiap orang punya kelemahan. Dan betapa besarnya kelemahan itu, tidak akan pernah menutupi potensi dari diri kita.

Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa kita tidak serta merta dapat menentukan apa kemampuan dari orang lain. Kita tidak dapat mengetahui mutiara yang tersembunyi dari orang lain tanpa kita berusaha untuk mengenal mereka lebih dalam. Dengan mengenal, kita mengetahui bahwa kita ternyata perlu banyak belajar dari orang lain. Ada banyak hal yang tidak bisa kita lakukan namun ternyata orang lain telah melakukannya. Setiap orang bisa menjadi yang ia inginkan. Setiap orang bisa menjadi guru yang baik bagi hidup kita. Setiap orang memiliki bumbu kehidupan yang bisa memberi makna dalam kehidupan kita.

Mari buka mata dan hati. Mari merendahkan diri untuk berusaha mengenal orang lain.


Rabu, 27 Juli 2016

Menampilkan string dengan cetak tebal menggunakan strings.xml dan pre-formatted string

by Unknown  |  in Android Tips at  Rabu, Juli 27, 2016
Untuk menampilkan teks nominal yang ditebalkan (bold) dan dalam bentuk nilai mata uang dapat dilakukan dengan menggunakan formatter dan string di strings.xml file. Misalkan kita memiliki nilai nominal 10000 dalam tipe long:

long nominal = 10000;

Untuk memformatnya ke dalam bentuk nilai mata uang, kita menggunakan:

DecimalFormat formatter = new DecimalFormat("###,###,###.##");

Kemudian jika ingin ditampilkan menggunakan pre-formatted string seperti
Your Remaining balance: Rp 10.000,
 kita terlebih dahulu harus menyiapkan file strings.xml seperti ini:

<resources>
  <string name="remaining_balance">Your Remaining balance: &lt;b>Rp. %s&lt;/b></string>
</resources>

Setelah itu kita baca sebagai html, lalu set ke TextView atau EditText yang kita mau. Seperti ini:

String balance = getString(R.string.remaining_balance, formatter.format(nilaiNominal));
CharSequence styledText = Html.fromHtml(balance);
textView.setText(styledText);

Maka keseluruhan kodenya akan menjadi seperti ini:

long nominal = 10000; // Nilai yang mau ditampilkan
DecimalFormat formatter = new DecimalFormat("###,###,###.##"); // Format ke uang
String balance = getString(R.string.remaining_balance, formatter.format(nominal)); // sesuaikan dengan pre-formatted string.
CharSequence styledText = Html.fromHtml(balance); // baca sebagai html
textView.setText(styledText); // terapkan ke TextView atau EditText


Salam Slacker.

Jumat, 22 Juli 2016

Mempercepat Kualitas Kebasian Nasi

by Unknown  |  in Opini at  Jumat, Juli 22, 2016
Saya mengalami pengalaman yang unik baru-baru ini, yang saya rasa tidak semua orang pernah mengalaminya dan hanya orang-orang terpilih saja yang dapat paham, merasakan, dan menghayati pengalaman ini 8:).

Suatu ketika saya sedang kelaparan. Kebetulan ada nasi yang sebelumnya sudah ditanak di Rice Cooker dengan pemanas (Istilah kerennya: MagicJar). Rupanya setelah saya hendak memakannya, nasi tersebut saya temukan sudah mulai berair dan sedikit berbau. Tetapi masih layak untuk dimakan.

Karena memiliki pengetahuan yang cukup mendalam tentang proses fermentasi pada makanan, timbul ide untuk memanaskannya kembali, tetapi dengan memilih mode masak. Otak saya yang jenius ini berpikir pasti bakteri yang memfermentasikan nasi itu mati kepanasan. Kalau bakterinya mati, berarti nasinya bisa saya makan seperti biasanya.

Setelah menunggu beberapa menit suara "Klik" yang menandakan sudah masak berbunyi. Saya berguman dalam hati "Wah, sudah masak. Waktunya makan". Namun apa daya, setelah saya periksa nasinya ternyata malah jadi basi. Teori jenius saya ternyata salah total. Dan akhirnya saya terpaksa makan nasi basi karena sangat dan terlalu kelaparan.

Satu pertanyaan yang akhirnya muncul di benak,
Apakah hasil pengalaman saya bisa dijadikan basis untuk menerima Nobel Kimia?. Mungkin saja.


Moral Of The Story:

  1. Jangan terlambat makan. 
  2. Jangan suka menunda-nunda. 
  3. Sesuatu yang instan didapatkan cenderung tidak baik. 
  4. Hati-hati kena maag.
  5. Jangan malas.